Kamis, 10 September 2009

Sekilas Sastra

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada Lanjut Baca????undefinedsastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia.


Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
• lisan
• tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
• Angkatan Pujangga Lama
• Angkatan Sastra Melayu Lama
• Angkatan Balai Pustaka
• Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan 1945
• Angkatan 1950 - 1960-an
• Angkatan 1966 - 1970-an
• Angkatan 1980 - 1990-an
• Angkatan Reformasi
• Angkatan 2000-an
Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
Karya Sastra Pujangga Lama
Sejarah
• Sejarah Melayu (Malay Annals)
Hikayat
• Hikayat Abdullah
• Hikayat Aceh
• Hikayat Amir Hamzah
• Hikayat Andaken Penurat
• Hikayat Bayan Budiman
• Hikayat Djahidin
• Hikayat Hang Tuah
• Hikayat Iskandar Zulkarnain
• Hikayat Kadirun • Hikayat Kalila dan Damina
• Hikayat Masydulhak
• Hikayat Pandawa Jaya
• Hikayat Pandja Tanderan
• Hikayat Putri Djohar Manikam
• Hikayat Sri Rama
• Hikayat Tjendera Hasan
• Tsahibul Hikayat
Syair
• Syair Bidasari
• Syair Ken Tambuhan
• Syair Raja Mambang Jauhari
• Syair Raja Siak
Kitab agama
• Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
• Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
• Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
• Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
• Robinson Crusoe (terjemahan)
• Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina
• Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio • Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
• Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers
• Drama Raden Bei Surioretno
• Syair Java Bank Dirampok
• Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
• Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
• Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
• Merari Siregar
o Azab dan Sengsara (1920)
o Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
o Cinta dan Hawa Nafsu
• Marah Roesli
o Siti Nurbaya (1922)
o La Hami (1924)
o Anak dan Kemenakan (1956)
• Muhammad Yamin
o Tanah Air (1922)
o Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
o Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
o Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
• Nur Sutan Iskandar
o Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
o Cinta yang Membawa Maut (1926)
o Salah Pilih (1928)
o Karena Mentua (1932)
o Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
o Hulubalang Raja (1934)
o Katak Hendak Menjadi Lembu (1935) • Tulis Sutan Sati
o Tak Disangka (1923)
o Sengsara Membawa Nikmat (1928)
o Tak Membalas Guna (1932)
o Memutuskan Pertalian (1932)
• Djamaluddin Adinegoro
o Darah Muda (1927)
o Asmara Jaya (1928)
• Abas Soetan Pamoentjak
o Pertemuan (1927)
• Abdul Muis
o Salah Asuhan (1928)
o Pertemuan Djodoh (1933)
• Aman Datuk Madjoindo
o Menebus Dosa (1932)
o Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
o Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Dian Tak Kunjung Padam (1932)
o Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936)
o Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
• Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
• Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
• Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1927)
o Madah Kelana (1931)
o Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
o Kertajaya (1932)
• Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)
o Setanggi Timur (1939)
• Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
o Pertjikan Permenungan
• Sariamin Ismail
o Kalau Tak Untung (1933)
o Pengaruh Keadaan (1937)
• Anak Agung Pandji Tisna
o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali (1936)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
• J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)
• Fatimah Hasan Delais
o Kehilangan Mestika (1935)
• Said Daeng Muntu
o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)
• Karim Halim
o Palawija (1944)

Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
• Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
• Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
• Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
• Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
• Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
• Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
• Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
• Pramoedya Ananta Toer
o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
o Bukan Pasar Malam (1951)
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)
o Gadis Pantai (1965)
• Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
• Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
• Mochtar Lubis
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
o Tanah Gersang (1964)
o Si Djamal (1964)
• Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
• Ajip Rosidi
o Tahun-tahun Kematian (1955)
o Ditengah Keluarga (1956)
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
o Cari Muatan (1959)
o Pertemuan Kembali (1961)
• Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
o Hujan Panas (1964)
o Kemarau (1967)
• Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
• Ramadhan K.H
o Priangan si Jelita (1956)
• W.S. Rendra
o Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang (1963)
• Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
• Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
• Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
• Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
• Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
• Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)

Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
• Taufik Ismail
o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
o Tirani dan Benteng
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung
o Kenalkan
o Saya Hewan
o Puisi-puisi Langit
• Sutardji Calzoum Bachri
o O
o Amuk
o Kapak
• Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977)
• Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)
• Goenawan Mohamad
o Parikesit (1969)
o Interlude (1971)
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980)
• Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk
o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung
• Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala
• Nasjah Djamin
o Hilanglah si Anak Hilang (1963)
o Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
• Putu Wijaya
o Bila Malam Bertambah Malam (1971)
o Telegram (1973)
o Stasiun (1977)
o Pabrik
o Gres
o Bom
• Djamil Suherman
o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Manifestasi (1963)
• Titis Basino
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Pelabuhan Hati (1978)
• Leon Agusta
o Monumen Safari (1966)
o Catatan Putih (1975)
o Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
o Hukla (1979)
• Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
o Kering (1972)
o Merahnya Merah (1968)
o Keong (1975)
o RT Nol/RW Nol
o Tegak Lurus Dengan Langit
• M.A Salmoen
o Masa Bergolak (1968)
• Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
• Chairul Harun
o Warisan (1979)
• Kuntowijoyo
o Khotbah di Atas Bukit (1976)
• M. Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
• Mahbub Djunaidi
o Dari Hari ke Hari (1975)
• Wildan Yatim
o Pergolakan (1974)
• Harijadi S. Hartowardojo
o Perjanjian dengan Maut (1976)
• Ismail Marahimin
o Dan Perang Pun Usai (1979)
• Wisran Hadi
o Empat Orang Melayu
o Jalan Lurus

Angkatan 1980 - 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
• Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
• Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
• Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
• Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
• Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
• Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
• Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
• Seno Gumira Ajidarma
o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai
• Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
• Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
• Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya.
Pranala luar
• http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
• http://www.geocities.com/tumpal_feui/CIPTA.html
• http://www.cybersastra.net/
• Sastra Romantis dari Jogja
Referensi
1. ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan.
2. ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo.
3. ^ Yudiono (2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kamis, 03 September 2009

Kapal Nabi Nuh

Di sebuah gunung yg sentiasa diselimuti salju yg terletak di Timur Turki, tersembunyi sebuah misteri "berharga" yang berusia lebih dari 5000 tahun.
Peninggalan sejarah yg maha berharga itu bukan saja menarik minat para pengkaji Sejarah saja, namun pihak penyelidik US seperti CIA/KGB pun mencoba untuk melakukan penelitian disana. Sejauh ini CIA telah menggunakan satelite dan pesawat 'Stealth' utk mengambil gambar objek yg terdampar di puncak gunung tersebut.
Kapal Nuh
Gambar2 itu telah menjadi "rahasia besar" dan tersimpan rapi dengan kawalan yg ketat bersama dengan "rahasia2" penting yg lain di Pentagon. Sudah beratus2 orang mencoba untuk mendaki Gunung Aghi-Dahl yg kerap dijuluki juga sebagai "Gunung Kesengsaraan" atau dengan nama peta-nya yaitu Mount Ararat, namun hanya beberapa2 orang saja yang berhasil menaklukannya.Sebagian lagi selebihnya hanyalah menambah deretan panjang pendaki-pendaki yang menjadi korban keganasannya.
Hingga hari ini, hanya ada beberapa orang pendaki yg dapat sampai ke puncak Mt.Ararat sekaligus dapat menyaksikan dgn mata kepala sendiri sebuah artifak yg 'mahaberharga' tersimpan abadi dipuncaknya.

Lalu apakah sebenarnya artifak "mahaberharga" yang terkubur selama ribuan tahun di puncak Ararat itu?
Yup,menurut para ahli kepurbakalaan, mereka menafsirkan bahwa artifak dengan dimensi yang sangat besar tersebut tak lain adalah The Great Noah Ark (Perahu/Bahtera Nabi Nuh)!
Seperti yang kita ketahui bahwa The Great Pyramid of Giza, Mesir telah terkubur didalam tanah selama kurang lebih 2000 tahun lamanya sebelum ditemukan dan dilakukan penggalian terhadapnya.

Begitu pula halnya dengan The Great Noah Ark ,sebelum terjadinya sebuah gempa bumi hebat yang melanda daerah itu pada 2 Mei 1988 silam ,artifak tersebut tertimbun di bawah salju hampir selama 5000 tahun lamanya tanpa ada yang mengetahui bahwa sebenarnya tersimpan sebuah rahasia besar didalamnya.
Bentuk Kapal nuh
Sebenarnya, zaman Nabi Noah AS dulu tidaklah seprimitif yg kita semua bayangkan. Pada hakikatnya pengetahuan Sains dan teknologi mereka sudah maju pada masa itu.

Contohnya dari beberapa hasil temuan di kaki Mount Ararat, Para Pengkaji dan Scientist Russia telah menemui lebih kurang 500 kesan artifak batu baterai elektrik purba yg digunakan utk menyadurkan logam.Tentunya temuan tersebut bisa membuktikan bahwa masyarakat zaman Nabi Noah/Nuh telah mengenal listrik.
Mengikut perkiraan para ahli ,Nabi Noah AS kira-kira memulai membangun bahteranya pada tahun 2465 B.C dan hujan lebat baru turun dan mengguyur bumi selama bertahun- tahun sehingga mengakibatkan munculnya air bah maha dasyat yang rata-rata dapat mengahiri sebagian populasi manusia dimuka bumi diperkirakan terjadi pada 2345 B.C
Rupa bentuk dari The Great Noah Ark itu sendiri sebenarnya tidak sama dengan bentuk kapal laut masa kini pada umumnya. Menurut para peneliti dan pendaki yg pernah melihat langsung "Noah Ark" di puncak Mt.Ararat serta beberapa image yang diambil dari pemotretan udara,The Great Noah Ark memang merupakan sebuah bahtera yang berdimensi sangat besar dan kokoh.
Kontruksi utamanya tersusun oleh susunan kayu dari species pohon purba yg memang sudah tidak bisa ditemui lagi didunia ini alias sudah punah.Pengukuran obyek yang ditandai mempunyai altitude 7.546 kaki dengan panjang dari bahtera kurang lebih 500 kaki,83 kaki lebar,dan 50 kaki tinggi.
Suasana dikapal Nuh
Ada juga Para Pengkaji berpendapat,"Noah Ark" berukuran lebih luas dari sebuah lapangan sepak bola. Luas pada bagian dalamnnya cukup utk menampung ratusan ribu manusia.Jarak dari satu tingkat ke satu tingkat lainnya ialah 12 hingga ke 13 kaki. Sebanyak kurang lebih ribuan sampai pulahan ribu balak kayu digunakan untuk membangunnya.
Totalnya,terdapat kurang lebih ratusan ribu manusia dan hewan dari berbagai species yang ikut menaiki bahtera ini,Mengikuti kajian dari Dr.Whitcomb, kira2 terdiri 3.700 binatang mamalia, 8.600 jenis itik/burung,6300 jenis reptilia,2500 jenis amfibia yg menaiki The Great Noah Ark tersebut,sisanya adalah para kaum Nabi Nuh yang percaya akan ajaran yang dibawanya.Total berat kargo/muatan bahtera itu keseluruhan mungkin mencapai kurang lebih 24,300 ton.
Di sekitar obyek tersebut, juga ditemukan sebuah batu besar dengan lubang pahatan. para peneliti percaya bahwa batu tersebut adalah "drogue-stones", di mana pada zaman dahulu biasanya dipakai pada bagian belakang perahu besar untuk menstabilkan perahu. Radar dan peralatan mereka menemukan sesuatu yang tidak lazim pada level "iron oxide" atau seperti molekul baja. Struktur baja tersebut setelah dilakukan penelitian bahwa jenis "vessel" ini telah berumur lebih dari 100.000 tahun, dan terbukti bahwa struktur dibuat oleh tangan manusia. Mereka percaya bahwa itu adalah jejak pendaratan perahu Nuh.
Beberapa sarjana berpendapat bahwa kemungkinan besar 'Noah Ark' ini dibangun disebuah tempat bernama Shuruppak, yaitu sebuah kawasan yg terletak di selatan Iraq.
Jika ia dibangun di selatan Iraq dan akhirnya terdampar di Utara Turkey,kemungkinan besar bahtera tersebut telah terbawa arus air sejauh kurang lebih 520 Km.
Mount Ararat Mt.Ararat itu sendiri bukanlah sembarang gunung,ia adalah sebuah gunung yg unik. Diantara salah satu keunikan yg terdapat pada gunung ini ialah, pada setiap hari akan muncul pelangi pada sebelah utara puncak gunung itu.
Pic Kapal NuhMt.Ararat ini ialah salah satu gunung yg mempunyai puncak yg terluas di muka bumi ini. Statusnya juga merupakan puncak tertinggi di Turki yaitu setinggi 16,984 kaki dari permukaan air laut.Sedangkan puncak kecilnya setinggi 12,806 kaki .Jika kita berhasil menaklukkan puncak besarnya ,kita dapat melihat 3 wilayah negara dari atasnya, yaitu "Russia,Iran, dan Turkey".
Sebuah "batu nisan" yg didakwa kepunyaan nabi Nuh AS telah dijumpai di Mt.Lebanon di Syria. Batu nisan itu berukuran 120 kaki panjang.
Pada tahun 1917,Maharaja Russia Tsar Nicholas II mengirim sejumlah 150 org pakar dari berbagai bidang yg terdiri dari saintis,arkeolog dan tentara untuk melakukan penyelidikan terhadap The Great Noah Ark tersebut. Setelah sebulan, tim ekspedisi itu baru sampai ke puncak Ararat. Segala kesukaran telah berhasil mereka lewati, dan akhirnya menemukan perahu Nuh tersebut. Dalam keadaan terkagum, mereka mengambil gambar sebanyak mungkin Dalam keadaan terkagum, mereka mengambil gambar sebanyak mungkin. Mereka mencoba mengukur panjang perahu Noah dan didapati berukuran panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki, sebagian lainnya tenggelam di dalam salju.
Hasil dari perjalanan itu dibawa pulang dan mau diserahkan kepada Tsar, malangnya sebelum sempat melaporkan temuan itu ke tangan kaisar, Revolusi Bolshevik Komunis (1917) meletus. Laporan itu akhirnya jatuh ke tangan Jenderal Leon Trotsky. Sehingga sampai sekarang masih belum diketahui, apakah laporan itu masih disimpan atau dimusnahkan.

Suratku Untukmu

Anakku…,surat ini datang dari ibumu yang selalu dirundung sengsara. Ia coba untuk menulis di atas keraguan dan rasa malu. Setelah berfikir panjang, ia goreskan pena berulang kali akan tetapi selalu terhalang oleh tangis dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula hatinya terluka. Anakku… setelah umur yang panjang ini, kulihat engkau telah menjadi laki-laki yang dewasa, cerdas, dan bijak. Karenanya engkau pantas untuk membaca tulisan ibu ini. Sekalipun nantinya engkau sobek sebagaimana sebelumnya engkau telah menyobek hati ibumu.
Wahai anakku…25 thn berlalu dan tahun2 itu adalah tahun2 kebahagiaan dalam hidupku. Ketika itu dokter memberitahukanku bahwa aku positif hamil dan semua para ibu mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur gembira bersama bahagia sebagaimana ia adalah awal mula perubahan fisik dan emosi. Setelah kabar gembira tersebut, aku membawamu 9 bulan. Tidur dalam kesulitan, berdiri dalam kesulitan, makan dalam kesulitan, bernapas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidaklah mengurangi rasa cinta dan kasih sayangku padamu. Bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu. Aku mengandungmu wahai anakku dalam kondisi lemah di atas lemah. Akan tetapi aku gembira setiap kali aku melihat gerakanmu didalam perutku. Aku gembira setiap kali aku menimbang tubuhku bertambah dgn bertambah berat badanmu padahal kandungan itu sangat berat wahai anakku.
Penderitaan yang berkepanjangan itu, telah sampai ketika fajar malam itu yaitu ketika mata ini tdk bisa dipicingkan. Aku merasakan sakit yg tidak tertahankan dan takut yang tidak bisa dilukiskan. Sakit itu terus berlanjut shg aku tdk lagi menangis. sebanyak itu pula aku melihat kemaitian dihadapanku sampai engkau benar2 keluar ke alam dunia. Ketika aku melihat engkau keluar ke alam dunia, bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu. Dengan itu semua telah sirna, semua keletihan dan kesedihanku. Bahkan kasihku bertambah dgn kuatnya sakitku. Aku peluk cium dirimu sebelum aku meneguk setetes air.
Wahai anakku, telah berlalu tahun dan usiamu sedangkan aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku, memberi saripati hidupku padamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, aku berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya agar aku melihat senyumanmu. Setiap harinya aku berharap bahwa engkau tersenyum. Kebahagiaanku setiap saat, yang aku harapkan adalah permintaan dari mulut mungilmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku di hari2 masa kecilmu. Lalu berlalulah hari..sedangkan aku setia menjadi pelayan yg tidak pernah lalai, dayang yg tidak pernah berhenti, pekerja yg tidak pernah mengenal lelah. Mendo’akan selalu kebaikan dan taufik untukmu. Itu semua aku perhatikan dirimu dari hari ke hari sampai engkau dewasa. Telah tegak pula badanmu. Telah nampak jiwa laki-lakimu pada tingkah laku dan keseharianmu. Saat itu pula aku melirik ke kiri dan ke kanan agar engkau mendapat pasangan hidup. Datanglah hari perkawinanmu wahai anakku…berarti hampir dekat pula kepergianmu dariku. Tatkala itu hatiku serasa teriris, air mataku mengalir bercampur kebahagiaan dengan kesedihan. Bagaimana tidak, aku bahagia karena engkau akan mendapat pasangan akan tetapi bersamaan dengan itu aku sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.
Waktu pun berlalu…seakan-akan menyeretnya dengan berat. Kiranya, setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu. Waktu sudah berlalu…setelah engkau menikah, setelah engkau berkeluarga, setelah engkau bawa istri dan anak-anakmu dari rumahku. Waktu bagiku serasa lama, sangat lamban. Perkawinan itu menyebabkan engkau tidak lagi mengenal diriku. Senyummu telah sirna dihadapanku sebagaimana sirnanya matahari ditutupi oleh kegelapan malam. Suaramu telah tenggelam sebagaimana tenggelamnya batu dijatuhkan ke dalam kolam yang sunyi dan kelam. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau benar-benar melupakanku dan melupakan hakku.

HAMKA

*Haji Abdul Malik bin Karim Amrullah*, atau lebih dikenal dengan *HAMKA*.
Sebuah singkatan yang cerdas. (jauh mendahului singkatan zaman sekarang
seperti "SBY"). Beliau dilahirkan 15 Februari 1908, artinya kurang lebih 100
tahun yang lampau...

Buya begitu biasa orang memanggilnya banyak sekali undefinedmenelurkan karya2
fenomenal, mulai dari karya sastra, filsafat, apalagi masalah-masalah agama
seperti aqidah, fikih, dan tasauf. Beliau adalah ulama yang ilmuan dan
sekaligus ilmuwan yang ulama... (Lho bukannya ilmuwan dan ulama berasal dari
kata yg sama? 'ilm' artinya ilmu, orang berilmu 'alim' jamaknya ulama.
Ilmuwan juga orang berilmu? Ah, entahlah yang jelas dalam bahasa Indonesia
memang keduanya bermakna beda...)


Dua buah roman cinta karya beliau "*Dibawah Lindungan Ka'bah*", dan
"*Tenggelamnya
kapal Van Der Vijk*", ceritanya yang berisi kisah cinta abadi, sungguh
menyentuh dan mengharukan. Entah kenapa kisah cinta dalam karya2 beliau
cenderung berakhir tragis. Sehingga menimbulkan rasa haru yang dalam. Yang
menarik, karya2 beliau selalu menampilkan surat2 cinta itu secara panjang
lebar, dengan bahasa yang indah...

Buku2 beliau di bidang agama jangan ditanya lagi, namun ada satu karya yang
sangat monemuntal, yaitu "*Tafsir Al-Azhar*", yang barangkali merupakan
tafsir Quran karya bangsa Indonesia yang pertama dalam bahasa Indonesia.
Memang ada juga tafsir karya Ulama sebelumnya seperti *Tafsir
Al-Ibriz*karya KH Bisri Mustafa (ayahanda KH Mustafa Bisri), namun
karya ini
menggunakan bahasa Jawa Pegon. Tafsir Al-Azhar ini memang lain dari yang
lain, selain bercorak kontekstual, yaitu mengkaitkan dengan kejadian dalam
konteks kekinian, juga sangat sastrawi. Bahasanya indah, dan sering
menggunakan aspek2 sastra, seperti syair pepatah. Tafsir Al-Azhar buya
selesaikan di dalam penjara, ketika Presiden Soekarno (saat itu)
memenjarakan beliau karena pandangan2nya yang tidak sejalan.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan Buya menjadi seorang yang sangat
istimewa di Negara ini :

*Pertama*, ilmu beliau didapat secara otodidak. Namun, keilmuannya tidak
dipungkiri melebihi, paling tidak setara, dengan yang diperoleh dari
universitas. Gelas Doktor HC (dari Universitas Al-Azhar) dan profesornya
menunjukkan diakuinya keilmuwan beliau. Ini mengajarkan, untuk selalu
belajar dari diri sendiri walau harus sendiri. Karena ilmu adalah milik kaum
beriman, apa pun ilmu itu...

*Kedua*, kemampuan beliau untuk meletakkan agama secara proporsional.Beliau
sering memberi jalan tengah atas berbagai kecenderungan. Misalnya antara
kecenderungan rasionalis dan literalis atau anti dan pro tasauf. Beliau
adalah ulama yang sangat rasional, namun selalu berpijak pada aspek2
tekstual. Terhadap tasauf, misalnya, beliau memberi jalan tengah antara
kelompok anti tasauf, yang kebanyakan dari kalangan modernis, dan
pro-tasauf, yang kebanyakan dari kaum tradisional. Beliau memberi nama itu
sebagai "tasauf modern".

*Ketiga*, kemampuan beliau meramu berbagai ilmu secara indah dalam Islam.
Kalau kita membaca buku2 beliau, nampak sekali nuansa keluasan ilmu beliau
dalam mengkaji sesuatu. Khusus terhadap ilmu sastra beliau adalah salah satu
pelopor sastra Islami di Indonesia. Sesuatu yang tidak banyak dimiliki oleh
ulama di Indonesia.

*Keempat*, beliau adalah ulama yang sangat terbuka kepada semua pemikiran.
Kalau kita baca Tafsir Al-Azhar, misalnya, beliau tidak ragu2 menyebut
pendapat kalangan lain seperti Syiah, misalnya. Dan analisis beliau bukanlah
dalam rangka menyesatkan mereka.

*Kelima*, beliau adalah ulama yang konsisten terhadap pendapatnya, walau
harus menerima akibatnya. Seperti ditahan oleh Presiden Sukarno... Atau yang
terkenal, adalah memilih mengundurkan diri dari jabatan ketua MUI, ketika
harus merubah fatwa tentang Natal Bersama. Ini menjadi simbol sikap
istiqamah hingga kini...

*Keenam*, sikap toleran beliau terhadap berbagai masalah khilafiah. Beliau
adalah seorang ulama Muhamadiyah. Namun, kalau kita baca buku2 beliau,
nampak bahwa beliau sangat terbuka dan toleran terhadap masalah khilafiah.
Masalah qunut, lafal ushali, adzan dua kali dalam shalat jumat, segala
macam, tidaklah menjadi tema bagi beliau untuk saling membid'ahkan, atau
menyesatkan, seperti sebagian orang belakangan ini.

Malah, kalau kita baca di tablod "Dialog Jumat" Republika tanggal 15-02-08.
Dalam salah satu kolom, terdapat beberapa kisah toleransi beliau. Di
antaranya, ketika memimpin shalat shubuh, menanyakan dulu kepada jamaah mau
pakai qunut atau tidak? Jika jamaah menginginkan pakai, beliau akan memakai
qunut. Ketika beliau mengundang *KH Abdullah Syafi'i* (tokoh Nahdliyin)
sebagai khatib, adzan jumat dilakukan dua kali...

Karenanya, menurut saya, apa pun mazhab kita... Kita tetap bisa belajar dari
ulama besar dari Minang ini, Buya HAMKA... Semoga Allah merahmati beliau,
dan menempatkan beliau di tempat yang mulia di sisi Allah SWT... Amien..

*Berikut petikan beberapa Komentar mengenai Beliau:*